Images from @Octi_JKT48 |
Kamis, 14 Maret 2013
Hari ini aku masuk
kerja di malam hari, jam sembilan tepatnya. Jadi aku niatkan hari itu untuk melakoni
kerja sambilanku, bernyanyi di salah satu kafe mall f(X). Dengan gitar terbelit
di punggung, aku dengan sedikit berlari memasuki mall. Sambil menunggu lift ke
lantai 5 muncul, aku melihat-lihat sekitar. Ah, apa member-member sedang
latihan? Atau mereka sedang libur? Hari ini teater kan libur. Ting! Liftnya datang. Aku menghambur masuk, dan tibalah
aku di lantai 5. Aku sempatkan melongok kebawah, ke teater tepatnya. Sudah
kuduga, sepi. Baiklah, fokus saja pada pekerjaanku sore ini.
Mas Rudi, manajer kafe langsung menyambutku begitu aku masuk kedalam.
“Wah, muncul juga lu Far, kirain ga datang,”
“Iya bang, sori tadi banyak ngelamun, hehehe..”
“Yaudah, buruan sana, udah ditunggu anak-anak tuh,”
“Sip!”
Aku sempatkan ke toilet sebentar untuk mencuci muka dan mematut-matut
penampilan. Setelan kaos panjang bergaris biru putih dan celana jins biru,
dengan sneaker abu-abu membuat aku cukup pede. Tak lupa, topi koboi jimatku
tentu. Aku siap. Aku bergegas menuju stage kecil ditengah cafe.
“Selamat sore, pengunjung Larissa Cafe, selamat menikmati hidangan yang
kalian pesan. Sembari menikmati, izinkan aku untuk menghibur kalian semua.
Sebuah lagu, Kasih Putih,”
Denting gitar yang aku petik disambut tepuk tangan pengunjung kafe yang tak
terlalu ramai. Lagu pertama berjalan mulus.
Aku edarkan pandangan
ke arah pengunjung, dan sampailah aku tercekat, ketika sosok itu muncul lagi.
Yap, Octi hadir sore itu, sembari membalas senyumku yang membuatku kembali
terdiam.
“Oke, lagu kedua, Malam Biru, spesial untuk pengunjung yang ada di sudut
sana, “
Tepat, Octi yang aku maksud. Dia bertepuk tangan begitu mendengarnya.
Disampingnya, mama dan manajernya nampak tidak begitu antusias. Sangat kontras.
Akhrinya, Octi selesai
menyantap makanan yang dia pesan. Mama dan manajernya pun demikian. Mereka
hendak keluar. Kembali aku dibuat kaget, ketika Octi menghampiriku dan menjabat
tanganku.
“Terimakasih ya, lagunya keren, suaranya bagus,”
“Ah, tidak.. kamu itu inspirasiku,”
Hening sejenak, sambil aku menatap Octi dengan malu-malu.
“Ayo sayang, buruan, udah sore nih, kita pulang!”
“Iya mah, udahan ya mas. Sore! “
Senyum terakhirnya sore itu benar-benar indah. Karena kali ini bisa
kunikmati diluar teater. Itu yang istimewa bagiku. Sudahlah, aku harus bergegas
ke apotek untuk pekerjaan ku hari ini.
(bersambung ke Part 3)
Posting Komentar