Fanfict Series : Octi dan Aku (Part 1)

image from @O

Senin, 12 Maret 2013
                Hari itu dimulai dengan hujan yang deras. Dan hari itu pertama kalinya aku menjejakkan kaki di Teater JKT48, yang tersohor itu. Aku ini seorang pendatang yang memilih kerasnya ibukota, demi cita-citaku dekat dengan idolaku, JKT48 secara umum, dan Octi Sevpin Cahyaning Ayu khususnya. Ah, jika aku ingat senyumnya kala itu, pertama kali, ketika aku mengikuti Hi-Touch Pajama Drive Generasi 2, bisa tak tidur dua hari dua malam. Kembali ke hari itu, aku hendak menonton teater Pajama Drive 2nd Gen untuk kali keempat. Tak lain, aku ingin menyaksikan lagi semangat dari gadis anggun pecinta monyet itu. Unit demi unit lagu teater aku nikmati, dengan posisi duduk ku yang ada di baris depan, membuatku leluasa menyaksikan mereka menari dan bernyanyi. Tiba sudah giliran Octi membawakan Unit Song nya, yang aku belum juga bisa hafal. Hanya senyum dan eye-contact nya yang tertuju padaku, selalu membuat terngiang.
                Teater sudah selesai, suara Novinta yang terdengar dari pengeras mengucap terimakasih yang penuh bagi penonton sore itu. Ini dia yang kutunggu, Hi-Touch dengan Octi. Menba paling cantik menurutku.
“Terimakasih sudah datang, “
Suara Octi memecah lamunanku dalam antrian. Dia ada di baris akhir rupanya.
“Iya, Octi tetep semangat ya !”
 Aku cukup lama memandang mata indahnya. Tangannya pun sempat aku genggam, sampai muncul suara,
“Woi! Buruan, yang antri belakang masih banyak!”
“Ah, iya! Maaf.. “
Octi yang juga menyadari hal itu, tersenyum simpul, dan membuat aku sempat salah tingkah. Segera aku beralih ke Sisil yang ada di baris selanjutnya. Huft, hari ini mendebarkan dan mengindahkan.
Selasa 12 Maret 2013
                Bayang-bayang teater kemarin masih terasa jelas, dan terus mendengung di kepalaku. Apalagi insiden yang cukup memalukan kemarin. Entah apa yang ada di benak security kemarin. Untung tidak terjadi apa-apa.
                Kumulai rutinitas harianku dengan bekerja di salah satu apotek di daerah Sudirman. Aku merasa cukup beruntung mendapat tempat kerja disana. Kupikir dekat dengan f(X) yang jadi sumber perhatian VVOTA dimanapun. Hari ini berjalan cukup membosankan, karena aku mendapat jatah jaga pagi, dan biasanya, sepi. Tapi hari ini lain. Ditengah lamunanku, aku dikejutkan oleh suara lembut,
“Mas, aku cari obat buat radang tenggorokan, Ada?”
Hah? Itu Octi? Aku kucek-kucek lagi mataku.
“Lho, masnya yang kemarin ke teater ya, yang diteriakin sama security,”
“Iya, *menahan malu*”
“Obatnya ada, namanya FF Troches, dihisap kayak permen gitu nanti. Aku kaget lho, Octi sendiri yang beli, kemarin malem abis ngetwit kan,”
“Iya nih, kebetulan mau berangkat latihan, kata mama mampir dulu ke apotek cari obatnya,”
Mama Octi menyusul masuk, karena sadar putrinya berada cukup lama dalam apotek karena aku ajak bicara.
“Sayang, ayo buruan, latihan mulai sebentar lagi lho,”
“Iya, mah, ini baru mau bayar. Eh, jadinya berapa nih, Mas, ehm, Ghifar ya..”
Octi membaca label nama ku yang ada di atas saku kiri bajuku.
“Ehm, iya, jadinya 12 ribu, isi sepuluh ya, dikonsumsinya maksimal 4 sehari, jangan lupa konsumsi air putihnya diperbanyak, soalnya bakal cepet haus kalo pakai obat ini”
Aku jelaskan serincinya, dengan cukup salah tingkah, mengingat momen seperti ini akan sangat jarang terjadi.
“Nih mas, buruan kembaliannya, anak saya buru-buru nih!”
Raut wajah mama Octi sudah cukup jutek. Aku mengiyakan saja dan memberi kembalian.
“Terimakasih, semoga sukses latihannya ya Octi!”
“Iya, terimakasih!”
Lalu mereka berlalu, dan membenamkan aku kembali pada rutinitas harianku, menerima resep, mengolah data, menjual obat, entri faktur dan banyak lagi. Dan hari ini berlalu begitu saja.
(bersambung ke Part 2)
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ghifari's Own Desk - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger